FILSAFAT Perspekstif Pribadi
FILSAFAT Perspekstif
Pribadi
Tanggal 11 Juni 2022
Hal pertama yang muncul dalam pikiran ku adalah
Aristoteles. Dia adalah seorang filsuf pertama yang membuatku tertarik dengan Filsafat.
Hal yang sampai sekarang ku ingat adalah Eudaimonia. Pandangan seorang
Aristoteles mengenai kebahagian. Konsep kebahagian aristoteles membahas
mengenai pengembangan diri dan hidup bermanfaat bagi masyarakat. Konsep kebahagian
yang tidak menghindari sakit dan kebahagiaan yang tidak menggambarkan seperti
hewan ternak yaitu makan dan kawin. Pemahaman aristoteles mengenai ini membuka
jalan bagiku menuju buku-buku Filsafat lainnya.
Kembali lagi apa itu filsafat menurut perspektif
pribadiku. Filsafat adalah cara untuk menemukan kebenaran secara eksplisit
maupun implisit. Filsafat itu mencari yang ada, bagaimana bisa ada dan
bagaimana proses ada itu memiliki eksistensi.
Proses pencarian kebenaran dalam filsafat tersebut
bisa memakan puluhan tahun ataupun ratusan tahun. Saya menyakini, metode kebenaran
yang kita gunakan hari ini tidak lepas dari proses pencarian kebenaran oleh
para filsuf terdahulu. Seperti pengunaan dialektika kebenaran plato yang
menggunakan dialog sebagai pencarian kebenaran pada jaman yunani kuno dan bila
di kaitkan dengan sekarang ialah proses pengadilan yang terdapat pengacara,
jaksa dan hakim sebagai fungsi untuk menemukan kebenaran dari sebuah kasus. Retorika
ialah sistem dialog pada jaman yunani kuno untuk mengadili sesuatu perkara dan retorika
hanya di gunakan untuk memenangkan perkara dengan (persuasif) menarik simpati
ataupun emosional masyarakat tanpa adanya validasi suatu perkara.
Ada hal yang menarik dari buku-buku filsafat
lainnya ialah kausalitas dari subtansi para pemikir. Sebuah contoh yang terlintas
di kepala ialah mengenai bahasa sebagai tanda yang di dalamnya ada penanda dan
petanda yang dimana penanda adalah material yang dapat di tulis, di baca dan di
dengar. Sebaliknya petanda adalah sebuah ide, mental, pikiran atau konsep. Kedua
hal ini merupakan satu kesatuan dan bahasa sebagai tanda dalam kehidupan sosial
yang mana berarti tanda merupakan bagian dari aturan-aturan dalam kehidupan
sosial yang memungkinkan bahasa sebagai sarana komunikasi sosial yang disepakati
bersama. Filsafat semiotika ini bisa menggambarkan bahwa filsafat itu begitu
luas dan mencakup keseluruhan semesta.
Ada hal yang di pelajari dari semua filsafat
itu sebagai ilmu ialah bahwasanya ilmu itu memiliki korelatif dengan ilmu
lainnya dan dapat terus berkembang bila egosentis ilmu tidak ada di dalamnya.
Sebagai catatan, tulisan ini di buat dengan
literasi terbatas dan hanya mengandalkan pengetahuan diri yang terbatas. Bila terjadi
sebuah kesalahan dari pemahaman isi tulisan ini terhadap konsep ilmu itu sendiri
mohon di maklumi.
Komentar
Posting Komentar